PT Rifan Financindo Berjangka – Emiten tekstil Sri Rejeki Isman (SRIL) atau Sritex mencatatkan kerugian bersih sebesar US$ 174,84 juta atau setara Rp 2,80 triliun (asumsi kurs Rp 16.000/US$) sepanjang 2023. Meskipun kerugian ini turun 56% dari kerugian US$ 395,56 juta (Rp 6,33 triliun) di tahun 2022, angka ini tetap menunjukkan kinerja keuangan yang sangat buruk bagi perusahaan.
Penurunan Penjualan yang Drastis
Kinerja buruk Sritex disebabkan oleh penurunan tajam dalam pendapatan perusahaan sepanjang tahun lalu. Penjualan Sritex menurun 38% dari US$ 524,56 juta pada 2022 menjadi US$ 325,08 juta (Rp 5,20 triliun) pada 2023. Penurunan ini terjadi di seluruh pasar, baik ekspor maupun domestik, serta di semua segmen penjualan termasuk benang, pakaian jadi, kain jadi, dan kain mentah.
Penurunan Pendapatan Ekspor dan Domestik
Pendapatan dari ekspor menurun menjadi US$ 158,66 juta dari US$ 257,85 juta pada tahun sebelumnya. Penjualan domestik juga mengalami penurunan, turun menjadi US$ 166,42 juta dari US$ 266,71 juta. Penurunan ini mengindikasikan masalah mendalam dalam permintaan pasar, baik internasional maupun lokal.
Aset dan Utang Perusahaan
Pada akhir Desember 2023, aset perusahaan turun 15% menjadi US$ 648,99 juta atau setara Rp 10,38 triliun. Di sisi lain, utang perusahaan meningkat 3,75% menjadi US$ 1,60 miliar atau setara Rp 25,66 triliun. Situasi ini memperburuk kondisi keuangan perusahaan yang sudah dalam keadaan defisit modal.
Defisiensi Modal yang Mengkhawatirkan
Defisiensi modal perusahaan semakin membengkak hingga mencapai US$ 954,82 juta (Rp 15,28 triliun). Kondisi ini menyebabkan manajemen Sritex memberikan peringatan serius dalam laporan keuangan tahunannya, menyebutkan bahwa defisiensi modal ini mengindikasikan adanya ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan grup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
Dukungan dari Pemegang Saham
Meskipun kondisi keuangan berdarah-darah, Sritex mengungkapkan bahwa perusahaan masih memperoleh dukungan dari pemegang saham. “Grup juga telah memperoleh surat dukungan dari pemegang sahamnya, yang memberikan konfirmasi bahwa akan terus memberikan dukungan finansial bagi Grup agar mampu mempertahankan kelangsungan usahanya dan untuk dapat memenuhi kewajiban Grup,” jelas manajemen Sritex.
Opini Audit dengan Pengecualian
Laporan keuangan perusahaan yang diaudit oleh Kanana Puradiredja, Suhartono memperoleh opini Wajar dengan Pengecualian. Opini ini diberikan jika ditemukan bukti atas kesalahan penyajian dalam laporan keuangan yang tidak pervasif, menambah kekhawatiran terhadap kondisi keuangan perusahaan.
Pentingnya Memahami Berita Terkini di Pasar Keuangan
Berita terkini mengenai kondisi keuangan Sritex menekankan pentingnya bagi investor untuk selalu memahami dan memperhatikan perkembangan di pasar keuangan. Informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan, perubahan dalam pendapatan, serta kondisi utang dan aset sangat penting untuk membuat keputusan investasi yang bijak. Situasi Sritex menunjukkan betapa pentingnya melakukan analisis mendalam sebelum mengambil langkah investasi, terutama di sektor yang sedang menghadapi tantangan berat.
Sumber: Investing.com
PT Rifan Financindo Berjangka – Kvn