Rupiah Masih Tertekan di Akhir Pekan
Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Jumat (26/9/2025). Berdasarkan data Refinitiv, rupiah berada di Rp16.750 per dolar AS, turun 0,09% dibandingkan penutupan sebelumnya. Pada Kamis (25/9), rupiah juga ditutup melemah 0,39% di Rp16.735 per dolar AS.
Indeks Dolar AS Menguat Signifikan
Meski pagi ini indeks dolar (DXY) melemah tipis 0,09%, pada perdagangan Kamis (25/9) DXY sempat melonjak 0,69% ke 98,553, level tertingginya sejak 21 Agustus 2025. Penguatan ini menandakan dolar AS masih memiliki daya tarik besar di tengah ketidakpastian global.
Data Ekonomi AS Jadi Pendorong Utama
Penguatan dolar didorong revisi positif pada data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II 2025. Departemen Perdagangan AS mencatat pertumbuhan PDB sebesar 3,8%, lebih tinggi dari estimasi awal 3,3% dan ekspektasi pasar. Data ini menunjukkan daya tahan ekonomi AS lebih kuat dari perkiraan.
Implikasi bagi Kebijakan The Fed
Kinerja ekonomi yang solid memberi sinyal bahwa Federal Reserve (The Fed) tidak akan terlalu agresif memangkas suku bunga. Prospek pemangkasan lanjutan menjadi lebih terbatas karena bank sentral harus menyeimbangkan antara menjaga pertumbuhan dan mengendalikan inflasi. Hal ini memperkuat posisi dolar, sekaligus menekan mata uang negara berkembang seperti rupiah.
Dampak ke Pasar Keuangan Domestik
Tekanan pada rupiah membuat investor cenderung mengalihkan portofolio mereka ke aset berbasis dolar yang dinilai lebih menarik. Kondisi ini berpotensi menimbulkan volatilitas di pasar keuangan domestik, terutama bagi sektor yang bergantung pada impor dan memiliki kewajiban utang dalam mata uang asing.
Respons Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa BI berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar. BI menggunakan instrumen intervensi, mulai dari spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), pembelian SBN, hingga intervensi NDF di pasar internasional (Asia, Eropa, dan Amerika).
“BI akan terus bertindak bold untuk menjaga stabilitas rupiah,” ujar Perry.
Implikasi untuk Investor
- Diversifikasi portofolio menjadi penting, khususnya bagi investor yang terekspos pada volatilitas rupiah.
- Sektor berbasis ekspor bisa diuntungkan dari pelemahan rupiah, sedangkan sektor impor berpotensi tertekan.
- Investor perlu mencermati kebijakan The Fed dan BI sebagai faktor kunci dalam menentukan arah rupiah.
Dengan dolar AS yang masih perkasa, strategi investasi perlu disesuaikan dengan tren penguatan greenback dan langkah stabilisasi BI.
Sumber: CNBC Indonesia
PT Rifan Financindo Berjangka – Kvn