PT Rifan Financindo Berjangka – Suksesnya Low Tuck Kwong dalam bisnis batu bara ternyata memiliki akar sejarah panjang. Dari ekspedisi Ratu Belanda di abad ke-19 hingga strategi bisnis yang cermat di era modern, kisah Kwong memberikan pelajaran penting bagi para investor tentang bagaimana memahami tren historis dan mengantisipasi peluang di sektor komoditas.
🔷 Jejak Sejarah: Ratu Belanda dan Awal Eksploitasi Batu Bara
Pada tahun 1846, Ratu Belanda mengirimkan ekspedisi ke Kalimantan untuk membuktikan kabar tentang adanya cadangan batu bara besar.
Eksploitasi batu bara pertama pun dimulai, membuka jalan bagi pertumbuhan industri tambang di Indonesia, yang hingga kini menjadi tumpuan pasar energi global.
Sejak saat itu, sumber daya mineral Indonesia menjadi komoditas utama untuk memenuhi kebutuhan internasional, memperkuat posisi batu bara sebagai sektor strategis dalam perekonomian nasional.
🟡 Meningkatnya Permintaan Global Membuka Peluang Bisnis
Menurut Robert Siburian dalam “Pertambangan Batu Bara”, setelah kemerdekaan Indonesia, struktur industri tambang tetap berorientasi pada pasar internasional.
Hal ini menciptakan peluang besar, terutama saat Orde Baru mempermudah masuknya investasi asing ke sektor sumber daya alam, mengundang banyak pengusaha, termasuk Low Tuck Kwong, untuk terjun ke industri ini.
🔵 Low Tuck Kwong: Dari Singapura ke Indonesia
Lahir di Singapura tahun 1948, Low Tuck Kwong awalnya belajar bisnis dari usaha konstruksi ayahnya.
Pada 1972, ia pindah ke Indonesia dan mendirikan PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI), pelopor dalam bidang pondasi tiang pancang.
Dengan pengalaman kuat di konstruksi, Kwong membaca peluang baru di sektor batu bara yang mulai menggeliat pada akhir 1980-an.
🔺 Transformasi Besar: Akuisisi dan Lahirnya Bayan Resources
Tahun 1997, setelah resmi menjadi Warga Negara Indonesia, Kwong mengakuisisi dua perusahaan batu bara:
- PT Gunung Bayan Pratamacoal (GBP) milik Haji Asri seharga Rp 5 miliar
- PT Dermaga Perkasapratama (DPP)
Kedua perusahaan ini digabung menjadi PT Bayan Resources Tbk (BYAN), yang kemudian mendapatkan hak eksklusif pertambangan dari pemerintah Indonesia.
Hingga 2021, BYAN menguasai konsesi tambang seluas 81.265 hektar.
🔶 Lonjakan Harga Batu Bara: Durian Runtuh bagi Kwong
Di tengah ketidakpastian global, melonjaknya harga batu bara menjadi berkah bagi Kwong.
Pada 2022, Forbes menobatkannya sebagai orang terkaya di Indonesia, menggeser dominasi Hartono bersaudara yang bertahan sejak 2008.
Walaupun Kwong mulai merambah ke sektor teknologi, batu bara tetap menjadi pilar utama kekayaannya.
📈 Pelajaran untuk Investor: Pahami Tren Historis dan Momentum Pasar
Kisah Low Tuck Kwong menegaskan pentingnya:
- Mengenali peluang dari perubahan global dan historis
- Memanfaatkan momentum harga komoditas
- Diversifikasi aset namun tetap menjaga fondasi kuat di sektor utama
Bagi investor, memahami dinamika sektor batu bara dan sejarah panjang industri ini menjadi kunci dalam merancang strategi investasi yang adaptif terhadap perubahan global.
Sumber: CNBC Indonesia
PT Rifan Financindo Berjangka – Kvn