PT Rifan Financindo Berjangka – Kembali berseri, mayoritas bursa Asia-Pasifik memancarkan optimisme pada awal perdagangan Jumat (15/12/2023), mengikuti jejak positif Wall Street, sementara para investor menantikan rilis data ekonomi China.
Pukul 08:30 WIB, hanya indeks Straits Times Singapura yang merosot, terkoreksi sebesar 0,29%. Sementara itu, bursa lainnya bersinar, dengan indeks Hang Seng Hong Kong melonjak 1,41%, Nikkei 225 Jepang naik 1,29%, ASX 200 Australia dan KOSPI Korea Selatan melesat masing-masing 1,04%, serta Shanghai Composite China menguat 0,28%.
Dari China, sejumlah data ekonomi untuk November 2023 akan diumumkan hari ini, termasuk data penjualan ritel, produksi industri, dan tingkat pengangguran.
Proyeksi menunjukkan peningkatan sebesar 12,5% dalam penjualan ritel China dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 7,6%. Selain itu, tingkat pengangguran diperkirakan tetap berada di 5% untuk periode yang sama.
Sementara bursa Asia-Pasifik memperlihatkan semangat, Wall Street juga tetap dalam zona positif, walaupun kenaikan nilainya sedikit melambat.
Pada hari sebelumnya, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,43%, S&P 500 terapresiasi 0,26%, dan Nasdaq Composite naik 0,19%.
Baca: Asing Ramai-Ramai Lepas Saham Ini Kemarin, Apa Saja?
Dibalik Kemeriahan: Sinyal Dovish dari The Fed
Pesta di Bursa Wall Street berlanjut setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memberikan isyarat akan memangkas suku bunga pada tahun depan.
Sikap dovish dari The Fed langsung memengaruhi imbal hasil (yield) US Treasury yang turun di bawah 4% untuk pertama kalinya sejak Agustus 2023.
Kenaikan penjualan eceran juga meningkatkan optimisme pelaku pasar saham, meyakini bahwa ekonomi AS tidak akan mengalami resesi, melainkan hanya mengalami soft economic landing.
“Sikap The Fed lebih dovish daripada yang kita harapkan sebelum pertemuan,” ungkap Michael Gapen, kepala ekonom untuk AS di Bank of America, kepada CNBC International.
Sinyal Perubahan: The Fed Membuka Pintu Peluang
Indeks acuan Wall Street bertahan di zona hijau karena The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pada pertemuan terakhir tahun ini. Selain itu, The Fed juga mengisyaratkan perubahan arah kebijakan pada tahun depan, menandakan bahwa suku bunga saat ini, berkisar antara 5,25% – 5,50%, sudah mencapai terminal rate atau titik puncak dari periode kenaikan suku bunga sejak tahun lalu.
Pada konferensi pers The Fed, Chairman Jerome Powell menyatakan bahwa pengetatan kebijakan moneter yang bersejarah kemungkinan besar akan berakhir, karena inflasi turun lebih cepat dari perkiraan, dan pembicaraan mengenai pemotongan biaya pinjaman mulai tampak.
Sebagai informasi, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 525 basis poin sejak Maret 2022 untuk menekan inflasi yang mencapai rekor tertinggi dalam beberapa dekade.
Proyeksi dan Peluang Pasar
Pada Rabu lalu, 17 dari 19 pejabat Fed memproyeksikan tingkat kebijakan akan lebih rendah pada akhir tahun 2024. Pasar saat ini memperkirakan bahwa bank sentral AS setidaknya akan menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali tahun depan atau setidaknya sekitar 75 basis poin.
Pelaku pasar kini melihat peluang sebesar 83,3% untuk setidaknya penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Maret 2024, naik dari sekitar 50% sebelum keputusan kebijakan tersebut. Hampir seluruhnya memperkirakan penurunan suku bunga lainnya pada Mei 2024, menurut alat FedWatch CME Group.
Disclaimer: Artikel ini disediakan hanya untuk tujuan informasi dan bukan merupakan saran keuangan. Keputusan berinvestasi harus didasarkan pada penelitian dan pertimbangan yang cermat.
Sumber: Cnbcindonesia
PT Rifan Financindo Berjangka – Kvn